Sumber berita: www.tempo.co
EquityWorld Futures: Nilai tukar rupiah akhirnya menembus level 12.000 per
dolar AS. Pelemahan rupiah ini dipicu rilisan data-data ekonomi Amerika
Serikat yang menunjukkan perbaikan yang signifikan. Indeks kepercayaan
konsumen bulan Mei melonjak ke level 85,2 dan laporan penjualan rumah
baru mencapai 504 ribu unit. Laporan tersebut membangun ekspektasi bahwa
kinerja pemulihan perekonomian AS memang berjalan dengan baik.
Tak ayal, di pasar mata uang, dolar AS menguat tajam terhadap
mayoritas mata uang regional. Hingga pukul 12.00 WIB, rupiah anjlok
100,7 poin (0,84 persen) ke level 12.090, ringgit melemah 0,45 persen ke
3,228 per dolar AS, sementara won terdepresiasi 0,27 persen pada level
1.021,05 per dolar AS.
Ekonom BNI Securities, Heru
Irvansyah, mengatakan publikasi data perekonomian AS yang semakin
membaik akan berdampak positif terhadap penguatan dolar AS. Secara
teoretis, bila kinerja perekonomian sebuah negara bertumbuh, nilai mata
uang negara tersebut akan lebih menguat terhadap mata uang negara lain.
»Bila data AS terus membaik, dolar AS juga akan cenderung menguat terhadap mata uang global,” katanya.
Apalagi, menurut Heru, bila harga minyak dunia terus naik hingga
mencapai level US$ 114,2 per barel, dolar AS biasanya terus menguat.
Kebutuhan dolar AS yang tinggi untuk melakukan impor menyebabkan mata
uang itu selalu menguat terhadap mata uang negara-negara pengimpor
minyak. »Tren pelemahan rupiah juga disebabkan mahalnya biaya impor
minyak,” ujarnya.
Heru menjelaskan, meningkatnya
permintaan dolar AS pada bulan Juni memang menjadi faktor utama
pelemahan rupiah. Selain disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia,
tingginya permintaan dolar AS dipicu oleh kewajiban jangka pendek
korporasi dan jadwal pembayaran dividen.
0 komentar:
Posting Komentar