PT Equityworld Futures:
AFP , ( 4/10) - Bank of Japan pada hari Jumat menahan diri dari
memunculkan langkah pelonggaran moneter baru meski ada kekhawatiran
tentang dampak kenaikan pajak penjualan terhadap pemulihan ekonomi
negara itu dan krisis anggaran di Washington yang bisa berdampak pada
default-nya peringkat kredit AS.
Setelah pertemuan kebijakan dua hari, para pejabat BoJ mengeluarkan pernyataan yang mengatakan optimisme terhadap ekonomi domestik yang masih berada dalam 'pemulihan moderat' sementara ekonomi luar negeri terindikasi 'meningkat'.
Namun para pembuat kebijakan di bank sentral tersebut juga tidak mengesampingkan adanya risiko eksternal.
Bank sentral itu banyak diekspektasikan untuk mengeluarkan pelonggaran kebijakan baru dari hasil rapatnya selama dua hari setelah meluncurkan rencana program pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah memompa aliran dana kedalam sistem keuangan dalam jumlah besar.
Pertemuan itu terjadi hanya beberapa hari setelah BoJ menerbitkan survei Tankan, yang menunjukkan kepercayaan bisnis di Jepang yang melonjak ke lebih dari lima tahun tertingginya dalam tiga bulan terakhir - kabar baik untuk Perdana Shinzo Abe yang telah merevitalisasi perekonomiannya.
Indikator itu sangat di awasi ketat oleh para pelaku pasar karena dipandang sebagai kunci keputusan Abe pekan ini untuk melaksanakan rencana untuk kenaikan pajak penjualan menjadi 8,0 persen dari 5,0 persen sebelumnya pada bulan April mendatang.
Kenaikan ini dipandang sebagai penting bagi Jepang untuk mengecilkan beban utang publik yang terberat untuk masa ini.
Tetapi sebagian pelaku pasar mengkhawatirkan bahwa rencana kenaikan pajak itu akan menggagalkan program kebijakan ekonomi Shinzo Abe yang lebih dijuluki dengan Abenomics setelah keberhasilannya untuk mendepresiasi tajam mata uang yen dan meningkatkan laba pada eksportir besar seperti Toyota dan Sony.
Ekonomi Jepang telah larut dalam penderitaan pertumbuhan ekonomi kini meningkat mencapai tingkat tahunan sebesar 3,8 persen - melampaui negara-negara G7 lainnya - berkat stimulus pengeluaran pemerintah dan pelonggaran moneter bank sentral hingga 70 triliun yen (US $ 720 milyar ) per tahun.
Setelah pertemuan kebijakan dua hari, para pejabat BoJ mengeluarkan pernyataan yang mengatakan optimisme terhadap ekonomi domestik yang masih berada dalam 'pemulihan moderat' sementara ekonomi luar negeri terindikasi 'meningkat'.
Namun para pembuat kebijakan di bank sentral tersebut juga tidak mengesampingkan adanya risiko eksternal.
Bank sentral itu banyak diekspektasikan untuk mengeluarkan pelonggaran kebijakan baru dari hasil rapatnya selama dua hari setelah meluncurkan rencana program pelonggaran moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah memompa aliran dana kedalam sistem keuangan dalam jumlah besar.
Pertemuan itu terjadi hanya beberapa hari setelah BoJ menerbitkan survei Tankan, yang menunjukkan kepercayaan bisnis di Jepang yang melonjak ke lebih dari lima tahun tertingginya dalam tiga bulan terakhir - kabar baik untuk Perdana Shinzo Abe yang telah merevitalisasi perekonomiannya.
Indikator itu sangat di awasi ketat oleh para pelaku pasar karena dipandang sebagai kunci keputusan Abe pekan ini untuk melaksanakan rencana untuk kenaikan pajak penjualan menjadi 8,0 persen dari 5,0 persen sebelumnya pada bulan April mendatang.
Kenaikan ini dipandang sebagai penting bagi Jepang untuk mengecilkan beban utang publik yang terberat untuk masa ini.
Tetapi sebagian pelaku pasar mengkhawatirkan bahwa rencana kenaikan pajak itu akan menggagalkan program kebijakan ekonomi Shinzo Abe yang lebih dijuluki dengan Abenomics setelah keberhasilannya untuk mendepresiasi tajam mata uang yen dan meningkatkan laba pada eksportir besar seperti Toyota dan Sony.
Ekonomi Jepang telah larut dalam penderitaan pertumbuhan ekonomi kini meningkat mencapai tingkat tahunan sebesar 3,8 persen - melampaui negara-negara G7 lainnya - berkat stimulus pengeluaran pemerintah dan pelonggaran moneter bank sentral hingga 70 triliun yen (US $ 720 milyar ) per tahun.
0 komentar:
Posting Komentar