Nilai mata uang Rusia, rubel, mencapai titik terendah, 60 rubel per US$1 dalam perdagangan Senin (15/12) meskipun Bank Sentral berusaha menjaga stabilitas mata uang itu.
Sejak awal tahun ini nilai mata uang negara itu mencatat penurunan lebih dari 45%.
Di antara penyebab utamanya, lapor wartawan BBC di Moskow, Steven Rosenberg, adalah penurunan harga minyak, salah satu ekspor terbesar Rusia, dan sanksi-sanksi yang diterapkan Barat.
Hal tersebut mendorong kenaikan harga barang-barang sehingga inflasi tahun ini diperkirakan akan mencapai 10%.
Atas perkembangan ini, Bank Sentral telah menempuh sejumlah langkah, termasuk menaikkan suku bunga pinjaman 1% menjadi 10,5% sebagai upaya menekan laju inflasi.
Namun langkah itu tidak mampu menekan penurunan rubel. Pasar juga khawatir Rusia kemungkinan masih menghadapi risiko dikenai sanksi-sanksi lain terkait peran Rusia dalam konflik di Ukraina.
Awal bulan ini pemerintah memperingatkan perekonomian akan jatuh ke resesi tahun 2015. Pemerintah mengatakan perekonomian akan menyusut 0,8% pada tahun 2015, setelah sebelumnya diperkirakan tumbuh 1,2%
0 komentar:
Posting Komentar