Senin, Agustus 11, 2014

Kenaikan Harga Elpiji Tak Banyak Picu Inflasi

inflasi
PT EquityWorld Futures: Ekonom Standar Chartered Bank, Fauzi Ichsan, menilai dampak kenaikan harga elpiji 12 kilogram terhadap inflasi Agustus terbilang kecil dibanding dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Dampaknya ada, tapi kecil sekali, naikkan sajalah untuk mengurangi kerugiannya," ujarnya saat dihubungi, Ahad, 10 Agustus 2014.

Menurut Fauzi, rencana kenaikan elpiji 12 kg itu bisa segera dieksekusi pemerintah karena tidak terlalu berimplikasi terhadap inflasi. Hal ini berbeda dengan kenaikan harga BBM, yang begitu naik langsung mengatrol harga makanan dan tarif transportasi jadi meningkat. Kedua sektor itulah yang justru berkontribusi besar pada laju inflasi. "Costumer index price (bobot harga indeks) elpiji kecil sekali dibanding makanan dan transportasi, masih aman jika naik," katanya.

Fauzi menilai PT Pertamina (Persero) terpaksa harus menaikkan harga elpiji nonsubsidi untuk mengurangi kerugian perusahaan. Sebab, selama ini harga jual yang dipatok Pertamina jauh di bawah standar harga perolehan. "Kenaikan itu jelas dengan sendirinya mengurangi kerugiannya," ujarnya.

Selain itu, kata Fauzi, kenaikan harga elpiji 12 kilogram justru berpotensi memberikan kenaikan pajak yang diterima pemerintah. "Kalau harga naik, pajak mereka juga tentunya naik, kan," ujarnya.

Seperti diketahui, harga jual elpiji yang dikeluarkan Pertamina jauh di bawah harga pokok. Merujuk harga yang ditetapkan pada Oktober 2009, yaitu Rp 5.850 per kilogram, padahal harga pokok perolehannya mencapai Rp 10.787 per kilogram. Akibat selisih itu, Pertamina menanggung kerugian hingga Rp 22 triliun dalam enam tahun terakhir.

Sumber berita: www.tempo.co

Updated at : Senin, Agustus 11, 2014

0 komentar:

Posting Komentar