Sumber berita: www.plasadana.com
EquityWorld Futures Jakarta: Bank Indonesia menilai, permasalahan dalam mengelola
subsidi energi yang selalu muncul secara berulang mesti disikapi
pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk mempertimbangkan
penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Deputi Gubernur
Senior BI, Mirza Adityaswara berharap, baik pemerintah sekarang maupun
pemerintah baru harus memiliki solusi terkait pengelolaan subsidi BBM.
"Sebenarnya dalam medium-term tidak perlu ada subsidi, tetapi
ini masih sangat perlu adanya kajian dan perencanaan matang," kata Mirza
di Jakarta, Rabu (27/8).
Mirza mengatakan, sejauh ini BI
memandang bahwa pengelolaan BBM bersubsidi telah memunculkan sejumlah
problem berantai yang mengganggu fundamental ekonomi domestik.
"Pemerintah seharus mau menjelaskan ini dengan baik dan transparan. Saya
rasa masyarakat bisa menerima (kenaikan harga BBM)," ujarnya.
Menurut
Mirza, kalau pun pemerintah baru belum berkeinginan untuk menghapus
subsidi BBM, opsi lain yang mesti dipertimbangkan adalah pemberlakuan
kebijakan subsidi tetap sebesar Rp2.000 per liter. Sehingga, ujar dia,
selisih harga BBM bersubsidi dengan harga pasar akan semakin sempit.
Lebih
lanjut dia menyebutkan, selama ini subsidi BBM telah menimbulkan empat
problem besar bagi pembangunan ekonomi. Pertama, subsidi BBM telah
mendorong defisit fiskal tahun anggaran 2015 menjadi 2,32 persen.
"Selanjutnya, subsidi BBM itu membebani impor, karena setiap bulan impor
BBM berkisar US$3,7 miliar.sampai US$4 miliar yang menggunakan devisa,"
kata Mirza.
Mirza mengatakan, problem ketiga akibat kesalahan
pengelolaan subsidi BBM adalah peningkatan utang luar negeri jangka
pendek akibat membiayai impor minyak. "Salah satu komponen utang luar
negeri swasta itu adalah dipakai untuk mengimpor BBM," ujarnya.
Permasalahan
berikutnya, jelas dia, terhambatnya pengembangan infrastrukur.
"Nantinya, pengematan dari dana subsidi BBM itu bisa dialokasikan untuk
pembangunan infrastruktur. Kalau subsidi BBM masih besar, nanti tahun
berikutnya akan muncul problem yang sama," kata Mirza.
0 komentar:
Posting Komentar