Sumber berita: http://plasadana.com/content.php?id=7578
Equity World Futures: Bank Indonesia (BI) memperkirakan, neraca perdagangan Mei 2014 akan kembali mencatatkan surplus, setelah sebulan sebelumnya mengalami defisit US$1,96 miliar.
Pernyataan tersebut seperti disampaikan Gubernur BI, Agus Martowardojo di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Jumat (13/6). "Defisit neraca perdagangan US$1,96 miliar cukup besar dan cukup mengagetkan. Kalau bulan Mei (2014) kelihatannya kondisi sampai dengan akhir (bulan) bisa kembali surplus," paparnya.
Namun demikian, jelas Agus Marto, secara umum di Kuartal II-2014 ekspor masih tertekan, karena permintaan sejumlah komoditas ekspor utama cukup rendah. "Ekspor masih cenderung tertekan, karena komoditi-komoditi utama Indonesia, seperti kelapa sawit, batubara cukup rendah," ujar Agus Marto.
Dia menjelaskan, BI memperkirakan permintaan batubara di sepanjang Mei masih rendah, sedangkan perlambatan ekspor kelapa sawit lebih disebabkan faktor musiman. "Mineral yang sekarang ini belum terlihat ekspor, berarti membuat tekanan pada ekspor Indonesia," tegasnya.
Agus Marto berharap, pemerintah harus terus mengupayakan untuk meningkatkan ekspor melalui diversifikasi ke negara-negara tujuan ekspor lainnya. Dia menambahkan, secara umum ekspor nonmigas dan nonmineral di sepanjang Mei cukup baik.
"Secara umum masih belum menggembirakan, ekspor batubara dan kelapa sawit dan juga mineral. Mungkin kalau sekarang sedang ada pembicaraan terkait renegosiasi mineral, mungkin ada kemajuan yang diharapkan. Tetapi, harus disupervisi dengan ketat," tuturnya.
Pernyataan tersebut seperti disampaikan Gubernur BI, Agus Martowardojo di Kompleks Perkantoran BI Jakarta, Jumat (13/6). "Defisit neraca perdagangan US$1,96 miliar cukup besar dan cukup mengagetkan. Kalau bulan Mei (2014) kelihatannya kondisi sampai dengan akhir (bulan) bisa kembali surplus," paparnya.
Namun demikian, jelas Agus Marto, secara umum di Kuartal II-2014 ekspor masih tertekan, karena permintaan sejumlah komoditas ekspor utama cukup rendah. "Ekspor masih cenderung tertekan, karena komoditi-komoditi utama Indonesia, seperti kelapa sawit, batubara cukup rendah," ujar Agus Marto.
Dia menjelaskan, BI memperkirakan permintaan batubara di sepanjang Mei masih rendah, sedangkan perlambatan ekspor kelapa sawit lebih disebabkan faktor musiman. "Mineral yang sekarang ini belum terlihat ekspor, berarti membuat tekanan pada ekspor Indonesia," tegasnya.
Agus Marto berharap, pemerintah harus terus mengupayakan untuk meningkatkan ekspor melalui diversifikasi ke negara-negara tujuan ekspor lainnya. Dia menambahkan, secara umum ekspor nonmigas dan nonmineral di sepanjang Mei cukup baik.
"Secara umum masih belum menggembirakan, ekspor batubara dan kelapa sawit dan juga mineral. Mungkin kalau sekarang sedang ada pembicaraan terkait renegosiasi mineral, mungkin ada kemajuan yang diharapkan. Tetapi, harus disupervisi dengan ketat," tuturnya.
0 komentar:
Posting Komentar