Selasa, Juni 03, 2014

Kritik BPS untuk Bank Indonesia

 Sumber berita: http://plasadana.com/content.php?id=7515

badan pusat statistikPT Equity World Futures: Badan Pusat Statistik (BPS) menilai, perkiraan laju inflasi yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) dan para pengamat ekonomi justru semakin mempercepat, sekaligus meningkatkan realisasi angka inflasi.

Menurut Kepala BPS Suryamin, perkiraan inflasi yang disampaikan BI sebelum pengumuman resmi data Indeks Harga Konsumen dari BPS cukup mengganggu laju inflasi ke depan. "Karena, (prediksi) inflasi itu akan berpengaruh ke yang berikutnya," ujarnya.

Ketika ditanya sejauh mana gangguan prediksi tersebut terhadap laju inflasi ke depan, Suryamin mengatakan, "Mengganggu sih, apalagi pada inflasi yang di bulan berikutnya." Dia menegaskan, kondisi tersebut justru menyebabkan laju inflasi menjadi sulit untuk dikendalikan.

Namun demikian, jelas Suryamin, akan menjadi wajar jika perkiraan BI tersebut dibandingkan dengan prediksi inflasi yang diutarakan para pengamat ekonomi yang tidak memiliki data akurat. "Kalau BI, mereka masih mempunyai data. Tetapi kalau yang tidak data, mereka harus hati-hati memperkirakannya," ucapnya.

Lebih gawatnya lagi, lanjut Suryamin, prediksi ekonom yang tidak memiliki basis data yang kuat, namun mereka secara lugas memperkirakan inflasi ke depan akan jauh lebih besar. "Kalau yang memprediksi tidak paham banget, kalau menurut saya, seharusnya hal itu dihindari. Pengamat yang biasa melakukan itu," tegas Suryamin.

Dia menambahkan, apabila inflasi diprediksi bakal naik, tentunya para pedagang akan merespons kurang bagus terhadap upaya menjaga stabilitas harga barang. "Kalau diprediksi harga akan tinggi, maka pedagang akan menahan barang atau bahkan menaikan harga secara sendiri-sendiri. Itu bahaya," tuturnya.

Sebagaimana diketahui, kemarin (2/6) BPS mengumumkan inflasi Mei 2014 sebesar 0,16 persen (month-to-month) atau menjadi 7,32 persen (year-on-year). Kenaikan inflasi ini terutama didorong oleh kenaikan harga makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta tarif dan harga produk kesehatan.

Sebelumnya (30/5), BI melaporkan bahwa hingga pekan ketiga Mei 2014, hasil survei pemantauan harga menunjukkan terjadi inflasi mencapai 0,11 persen (m-t-m). "Berdasarkan pemantauan hingga minggu ketiga (Mei) kemarin, terjadi inflasi 0,11 persen," ujar Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo.

Perry memperkirakan, sepanjang Mei 2014 akan terjadi inflasi di bawah 2 persen (month-to-month) yang dipicu kenaikan harga telur, ayam dan daging, sehingga menyeret inflasi tahunan ke kisaran 7,2-7,3 persen. "Kami masih menunggu minggu keempat. Saya tidak mengetahui perilaku di minggu keempat. Semoga masih terkendali," paparnya.

Updated at : Selasa, Juni 03, 2014

0 komentar:

Posting Komentar