Sumber berita: http://www.merdeka.com/uang/mimpi-indonesia-jadi-penghasil-listrik-panasbumi-kusut-panasbumi.html
PT Equity World Futures: Ratusan kilometer pipa panasbumi terpasang di bukit Gunung Derajat, Garut, Jawa Barat. Uap panas sengaja dikeluarkan di beberapa titik, untuk mencegah pemuaian pipa.
Puluhan orang dengan memakai kemeja dan sepatu boat kulit terus
berkeliling dan melihat kondisi sumur panas bumi yang dikelola Chevron
Indonesia.
2025 nanti, pemerintah menargetkan energi baru terbarukan mencapai 40
persen untuk menutupi kebutuhan energi terutama listrik nasional yang
saat ini didominasi Bahan Bakar Minyak (BBM). Dengan kondisi Indonesia
yang dikelilingi gunung berapi, aktif maupun tidak aktif, membuat
potensi panasbumi Indonesia salah satu terbesar di dunia.
Pertumbuhan kebutuhan listrik di Indonesia sangat tinggi mencapai 7
persen per tahun. Sedangkan Ratio elektrifikasi sampai 2013, pulau Jawa,
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi mencapai 80.5 persen. Cuma Papua dan
Nusa Tenggara Timur merupakan dua wilayah dengan rasio terendah
Indonesia.
Selain itu, ketersediaan listrik Indonesia masih kalah jauh dengan
wilayah Asia Tenggara misalnya, Thailand yang konsumsi listrik
masyarakatnya (electricity per capital) mencapai 1.961 kwh per kapital.
Sedangkan Indonesia, dengan potensi energi terbarukan yang besar, baru
mencapai 591 kwh per kapital.
Posisi Indonesia tidak jauh dari Filipina yang mencapai 524 kwh per
kapital. Kondisi saat ini, pembangkit listrik masih didominasi
menggunakan bahan bakar fosil yang terdiri batu bara 44 persen, minyak
23 persen, gas 21 persen, hidro 7 persen, panasbumi dan lainnya baru
mencapai 5 persen, sehingga membuat bengkak subsidi.
"Kalau mau itu tercapai, mulai hari ini pemerintah harus mengeluarkan
izinnya. Karena untuk pengembangan sampai operasi paling cepat butuh 7
tahun," kata General Manager Policy, Government and Public Affairs,
Chevron Geothermal and Power Paul E. Mustakim.
Dia mengatakan energi terbarukan (panas bumi, angin, bioenergi, sinar
matahari, hidro, gerakan dan perbedaan suhu laut) masih mengalami
kendala pengembangannya karena konsep perencanaan berdasarkan harga
termurah dan beberapa permasalahan seperti ketidak pastianaspek legal,
kurangnya koordinasi lintas sektor, kurangnya sumber daya manusia yang
berkompeten dan masalah sosial.
Catatan Asosiasi Panasbumi Indonesia, saat ini hanya baru 10
pengembang panasbumi di antaranya, PGE, Chevron Geothermal, MNL/Star
Energy, Supreme Energy, Geodipa, Medco Energy, Bakrie Power, Indonesia
Power, Rekayasa Industri dan PLN Geothermal. Padahal, potensi panas bumi
indonsia diperkirakan mencapai 28.617 MW. Kapasitas terpasang saat ini
baru 1.341 MW atau 4,7 persen.
"Diversifikasi energi diperlukan untu meningkatkan ketahanan energi dalam jangka panjang," katanya.
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mencatat
sedikitnya Indonesia memiliki 299 titik panas bumi yang bisa
dikembangkan. Dengan titik lokasi di 58 WK dari Sabang sampai Merauke.
Sampai 2015, energi panasbumi diharapkan bisa menyumbang 6.500 megawatt
dari target tambahan energi nasional sebesar 9.500 megawatt.
Kementerian ESDM mencatat kapasitas terpasang energi panas bumi yang
sudah digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional, diantaranya
di Kamojang 200 MW, Darajat 270 MW, Wayang Windu 227 MW, Salak 377 MW,
Lahedong 80 MW, Dieng 60 MW, Sibayak 12 MW, Ulumbu 5 MW dan ulubelu 110
MW.
"Adanya UU Panas Bumi yang akan segera disahkan Juni mendatang,
diharapkan mempercepat proyek energi terbarukan," ujar Direktur Panas
bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tisnaldi di kantor ESDM,
Tisnaldi di Kementerian ESDM, Pekan lalu
0 komentar:
Posting Komentar