Equity World Futures: Pemerintah membantu para perusahaan tekstil dan produk tekstik (TPT),
alas kaki, dan penyamakan kulit melalui program restrukturisasi. Tahun
ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menganggarkan Rp 106 miliar
untuk subsidi pembelian mesin.
Direktur Tekstil dan Aneka Kemenperin Ramon Bangun mengatakan masih banyak industri yang menggunakan mesin tua berumur lebih dari 20 tahun. Dampaknya kapasitas dan kualitas produksi pabrik terus menurun sehingga tak kompetitif.
"Kalau kita mau kompetitif, kita harus perbaharui. Kita dorong, kita beri insentif," kata Ramon ditemui di Harris Convention Center, Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/5/2014).
Pada tahun 2007, ada 90% pabrik pemintalan benang yang masih menggunakan mesin tua. Setelah mendapatkan bantuan dari pemerintah, sekarang tersisa hanya 40% yang masih menggunakan mesin tua.
"Kemudian garmen sudah 50% pakai mesin baru, kalau tenun baru 5%," katanya.
Anggaran Rp 106 miliar dialokasikan untuk membantu industri-industri yang mengajukan permohonan bantuan mendapatkan mesin baru, tentu setelah melalui proses survei dan verifikasi pihak Kemenperin.
Skema subsidinya yaitu potongan harga pembelian sebesar 10% dari nilai pembelian mesin peralatan dengan ketentuan investasi mesin peralatan pada saat pengajuan setidaknya setara Rp 500 juta untuk industri TPT, sebesar Rp 250 juta untuk investasi industri alas kaki. Maksimal potongan pembelian yang diberikan Rp 3 miliar per perusahaan/tahun.
"Rata-rata dapatnya Rp 1-1,2 miliar," kata Ramon.
Targetnya dengan bantuan stimulus sebesar Rp 106,5 miliar, maka diharapkan ada investasi pembelian mesin oleh tiga sektor tadi sebesar Rp 1,065 triliun.
Program restrukturisasi dimulai 2007 yang diterapkan untuk industri TPT. Selanjutnya pada 2009, Kemenperin memperluas sektor penerima fasilitas, yaitu ditambah industri alas kaki dan penyamakan kulit. Program ini bertujuan mengganti peralatan mesin yang berusia lebih dari 20 tahun dengan peralatan berteknologi terbaru agar efisien.
Direktur Tekstil dan Aneka Kemenperin Ramon Bangun mengatakan masih banyak industri yang menggunakan mesin tua berumur lebih dari 20 tahun. Dampaknya kapasitas dan kualitas produksi pabrik terus menurun sehingga tak kompetitif.
"Kalau kita mau kompetitif, kita harus perbaharui. Kita dorong, kita beri insentif," kata Ramon ditemui di Harris Convention Center, Bandung, Jawa Barat, Kamis (22/5/2014).
Pada tahun 2007, ada 90% pabrik pemintalan benang yang masih menggunakan mesin tua. Setelah mendapatkan bantuan dari pemerintah, sekarang tersisa hanya 40% yang masih menggunakan mesin tua.
"Kemudian garmen sudah 50% pakai mesin baru, kalau tenun baru 5%," katanya.
Anggaran Rp 106 miliar dialokasikan untuk membantu industri-industri yang mengajukan permohonan bantuan mendapatkan mesin baru, tentu setelah melalui proses survei dan verifikasi pihak Kemenperin.
Skema subsidinya yaitu potongan harga pembelian sebesar 10% dari nilai pembelian mesin peralatan dengan ketentuan investasi mesin peralatan pada saat pengajuan setidaknya setara Rp 500 juta untuk industri TPT, sebesar Rp 250 juta untuk investasi industri alas kaki. Maksimal potongan pembelian yang diberikan Rp 3 miliar per perusahaan/tahun.
"Rata-rata dapatnya Rp 1-1,2 miliar," kata Ramon.
Targetnya dengan bantuan stimulus sebesar Rp 106,5 miliar, maka diharapkan ada investasi pembelian mesin oleh tiga sektor tadi sebesar Rp 1,065 triliun.
Program restrukturisasi dimulai 2007 yang diterapkan untuk industri TPT. Selanjutnya pada 2009, Kemenperin memperluas sektor penerima fasilitas, yaitu ditambah industri alas kaki dan penyamakan kulit. Program ini bertujuan mengganti peralatan mesin yang berusia lebih dari 20 tahun dengan peralatan berteknologi terbaru agar efisien.
0 komentar:
Posting Komentar