Jumat, Mei 31, 2013

Index dolar menuju penurunan mingguan jelang data AS

equity world
Bloomberg, (31/5) - Indeks Dollar menuju penurunan mingguan menjelang rilis data ekonomi AS hari ini yang diperkirakan akan menunjukkan tingkat belanja konsumen yang stagnan sehingga bisa meredam spekulasi bahwa Federal Reserve akan memangkat program pelonggaran kuantitatif yang telah ada.

"Dolar saat ini sangat sensitif terhadap data ekonomi AS," kata Imre Speizer, ahli strategi dari Westpac Banking Corp di Australia. "Sangat jelas jika hasil data lebih baik, pelonggaran kuantitatif kemungkinan akan dikurangi, namun jika data semakin memburuk, pelonggaran kuantitatif dapat ditingkatkan, sehingga itukah yang mengemudi pasar."

Indeks Dollar, yang Intercontinental Exchange Inc gunakan untuk melacak greenback terhadap mata uang dari enam mitra dagang AS, sedikit berubah pada 83,044 pukul 7:15 am di London. Nilainya telah jatuh 0,8 persen dalam lima hari terakhir sampai hari ini, dan menuju penurunan mingguan terbesar sejak 1 Februari.

Yen melemah 0,1 persen menjadi 100,82 per dolar, memangkas gain mingguannya menjadi 0,5 persen. Yen masih kehilangan 0,1 persen di posisi 131,49 per euro, setelah turun 0,4 persen sejak 24 Mei. Sementara itu, dolar diperdagangkan pada posisi $ 1,3042 per euro dari $ 1,3050 kemarin dan siap untuk penurunan sebesar 0,8 persen untuk minggu ini.

Data yang akan dirilis Departemen Perdagangan AS hari ini cenderung akan menunjukkan tingkat belanja konsumen di AS yang tidak berubah pada bulan April dibandingkan bulan sebelumnya, menurut perkiraan rata-rata dari ekonom dalam survei Bloomberg News.

Deflator index pengeluaran konsumsi pribadi, alat pengukur inflasi yang disukai the Fed, kemungkinan turun 0,2 persen bulan lalu dari bulan Maret, terbesar sejak Mei 2012 berdaarkan jajak pendapat ekonom yang ditunjukan secara terpisah.

Di Jepang, index harga konsumen tidak termasuk makanan segar turun 0,4 persen pada bulan April dari tahun sebelumnya, kata biro statistik Jepang hari ini, dibandingkan dengan penurunan 0,5 persen pada bulan sebelumnya. Tingkat inflasi belum di atas nol pada tahun lalu.

BOJ melipat gandakan pembelian obligasi bulanan pada bulan lalu hingga mencapai lebih dari 7 trilyun yen ($ 69 miliar). Bank sentral Jepang bertujuan untuk mencapai target inflasi sebesar 2 persen.

"Kami masih bearish terhadap yen dalam jangka menengah," kata Speizer dari Westpac. "Alasannya adalah kelanjutan pelonggaran moneter di Jepang," katanya, mengacu pada program pelonggaran kuantitatif pembelian obligasi.

Gubernur bank sentral Jepang, Haruhiko Kuroda mengatakan pada 12 April lalu bahwa investor diharapkan untuk beralih ke saham dan obligasi luar negeri dari obligasi pemerintah Jepang sebagai hasil dari pembelian "besar-besaran" atas JGB oleh pemerintah Jepang.

Bank sentral Eropa (ECB) dijadwalkan untuk melakukan pertemuan kebijakan pada tanggal 6 Juni mendatang. Bank sentral tersebut telah memangkas suku bunga acuan sebesar seperempat persentase poin ke rekor 0,5 persen pada tanggal 2 Mei lalu, ketika Presiden Mario Draghi mengisyaratkan bahwa para pejabat mungkin akan mengambil langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengisi bank-bank dengan kelebihan uang tunai yang dipunya ECB untuk meningkatkan likuiditas.

Updated at : Jumat, Mei 31, 2013

0 komentar:

Posting Komentar